Senin, 14 Januari 2013

Suku Banyak Banyadu Kalimantan Barat


Nama : Puspita Sari Gorantokan
NPM  : 15212743
           Suku Dayak Banyadu
                  Suku Dayak Banyadu atau Dayak Banyuke adalah salahsatu sub-suku Dayak yang mendiami kawasan Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Istilah "Suku Dayak Banyadu" diambil dari istilah dalam bahasa mereka sendiri yaitu asal kata " Nyadu" yang artinya " Tidak" kata ini digunakan sebagai istilah pembeda dialek dengan dialek Dayak lainnya, sementara istilah "Dayak Banyuke" diambil dari nama Bandong orang Banyadu Jaman dulu yang pada saat ini hanya berupa sebuah kampung yang terletak di desa Samade kecamatan Banyuke hulu. Dayak Banyadu sendiri merupakan salah satu anak suku dalam keluarga Dayak Kanayatn. Jika diperhatikan dari bahasanya Dayak Banyadu bersama Dayak Bakati merupakan transisi antara keluarga Dayak kanayatn dengan keluarga Dayak Bidayuh dimana sebagian bahasanya mirip atau sama dengan bahasa kanayatn dan sebagian lagi mirip atau sama dengan bahasa bidayuh. umumnya bunyi vokal bahasa banyadu yang sama dengan bahasa keluarga Dayak Kanayatn lainnya cenderung berbunyi ke vokal " U " misal kata " ada " dalam bahasa kanayatn lainnya pada Kanayatn Banyadu menjadi "Adu" kata " sama" menjadi "Samu" kata "Datakng" menjadi "Dutukng", "pesan' menjadi "pesun', "asap' menjadi "asup", "dalam" menjadi "dalum/darupm", "malam' menjadi "malum/ marupm", dan lain-lain.



                Budaya
            Adat budaya masyarakat Banyadu umumnya sama dengan adat Dayak rumpun Klemantan lainnya, yang membedakannya hanya pada istilah penyebutannya saja. Salah satu Adat budayanya yakni baliatn umumnya dijalankan dengan menggunakan bahasa Dayak Kanayatn yang berdialek Bananna meskipun dukun baliannya asli orang Banyadu. Inilah salah satu alasan disamping bahasanya yang menyebabkan Dayak Banyadu di kelompokan ke dalam keluarga Dayak Kanayatn. Sebagaimana masyarakat Dayak lainnya pada masa lampau Orang banyadu juga tinggal di rumah-rumah panjang (rumah Betang atau rumah Bantang) namun sekarang ini tidak ada satupun desa mereka yang masih menyisakannya. Ketika orang Banyadu mendirikan rumah tinggal tunggal (Lamin atau Ramin). Mereka membuat rumah mereka masih             mirip rumah panjang, hal ini dilihat dari bentuknya yang juga memanjang hanya saja panjangnya tidak sepanjang rumah panjang komunal. Sampai saat ini rumah-rumah panjang tunggal ini masih ada di beberapa desa saja.


Agama
         Sistem religi orang Banyadu adalah agama adat atau dalam istilah masyarakat Dayak Kalimantan tengah disebut Kaharingan. Sistem kepercayaan ini sudah monoteis yang mana berpusat pada satu Tuhan yang disebut Jubata. Dalam mengontrol dunia Jubata di bantu oleh sangiakng-sangiakng atau semacam malaikat pada agama samawi. Ketika imam Banyadu melakukan ritual agama adat sering nama Jubata disebut-sebut sebagai jubata yang digunung ini, atau gunung itu di daerah ini atau daerah itu, hal ini tidaklah bearti bahwa Jubata tersebut banyak jumlahnya namun lebih bermakna bahwa sang kuasa ( Tuhan ) ada dimana-mana atau berkuasa atas segala sesuatu. Jubata pada masyarakat Dayak Banyadu seperti pada masyarakat Dayak kanayatn lainnya disebut-sebut berdiam atau tinggal di surga atas (saruga samo) atau di lapisan langit ketujuh atau secara khusus disebut dengan istilah Sabayatn. Dimasa sekarang orang Banyadu adalah penganut Kristen Katholik, Kristen Protestan dan sisanya pengikut agama adat (Kaharingan).


Kawasan
             Masyarakat Dayak Banyadu banyak bermukim di daerah kecamatan Banyuke hulu, Banyuke Darit, Meranti, dan di kecamatan Ngabang, di Kota Ngabang Kabupaten Landak serta di kecamatan Teriak,di kota Bengkayang, di beberapa desa di kecamatan Samalantan dan di desa-desa transmigrasi di seluruh Kabupaten Bengkayang serta di Kecamatan Tayan Hulu, kota Sosok, dan Kecamatan Kembayan Kabupaten Sanggau Kapuas dan juga terdapat di Taiwan (China Taipei). Keturunan Dayak Banyadu yang terdapat di Taiwan Juga berasal dari Kalimantan Barat, nenek moyang orang Banyadu yang pergi ke Taiwan tersebut membawaserta anak dan istrinya, mereka berangkat bersama sejumlah orang Tionghoa Kalimantan barat yang diangkut dengan sejumlah kapal laut oleh tentara VOC Belanda kuranglebih telah 400 tahun yang lalu, dan di pekerjakan di perkebunan milik VOC di Taiwan.
Sebelum orang banyadu menyebar mendiami pedalaman daerah Landak, Bengkayang dan Sanggau kapuas, orang Banyadu mendiami daerah asalnya di daerah Banyuke hulu di Kecamatan Banyuke Hulu kabupaten Landak Kalimantan barat sekarang. Dimasa dahulu seluruh orang banyadu ini mendiami sebuah kampung besar (Bandong) atau semacam kota dijaman Banyadu purba.kampung besar atau kota atau dalam istilah Dayak Banyadunya disebut BANNOKNG

Tarian Suku Dayak Kalimantan Tengah


Nama : Puspita Sari Gorantokan
NPM :15212743

Sinopsis Ragam Tarian Suku Dayak Kalimantan Tengah

             Kalimantan Tengah (Kalteng) dengan suku Dayak sebagai penduduk aslinya Kaya dengan keaneka ragaman seni budaya peninggalan masa lalu. Satu dari kearifan khasanah budaya warisan nenek moyang tersebut terkandung dalam ragam seni tarian yaitu diantaranya :
1.      Tari Wadian Amun Rahu
      Tarian ini pada mulanya adalah sebuah tarian tradisional asal suku Dayak Kalimantan Tengah yang bersifat sakral, magis, dan religious. Tarian yang biasa dimainkan oleh  kaum perempuan ini pada masa lampau di maknai sebagai prosesi adat untuk menghantarkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, setelah selesai panen padi.
        Selain itu tarian ini juga sering di lakukan sebagai salah satu prasyarat tata cara penyembuhan seorang yg menderita penyakit. Ciri khas dari tarian wadian Amun Rahu terlihat pada penggunaan tata busananya yang di dominasi warna merah dah putih sebagai perlambang keagungan Sang Maha Pencipta.

2.      Tari Jarangkang Bango
       Tarian ini merupakan tari kreasi baru yang di adaptasi dari tarian suku dayak di pedalaman Kalimantan Tengah dengan nama yang sama. Di daerah tersebut, tarian ini biasanya dimainkan oleh anak-anak. Jarangkang Bango merupakan perangkat tari berupa benda yang di buat dari batok kelapa yang di belah dua, kemudian di lubangi untuk mengaitkan tali pegangan. Perangkat ini kemudian di gunakan oleh para penari sebagai property utama dalam tarian ini. Tarian ini menunjukan sebuah kebersamanaan dan kekompakan serta solidaritas anak-anak suku Dayak Kalimantan Tengah dalam hidup bermasyarakat.